Makalah Malaria
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Malaria masih merupakan masalah
penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur khususnya Nusa Tenggara Barat.
Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan mendiagnosis secara cepat dan
tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu Eksternal
Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan
oleh Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang
mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium
yang dapat membaca preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan
diagnosis yang cepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan
tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif,
mudah dilakukan, serta ekonomis. Peranan keendemikan (endemisitas) malaria,
migrasi penduduk yang cepat, serta berpindah-pindah (traveling) dari daerah
endemis, secara tidak langsung mempengaruhi masalah diagnostik
laboratorikmaupun terapi malaria. Perubahan gambaran morfologi parasit malaria,
serta variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat
antimalaria secara tidak tepat (irasional), membuat masalah semakin sulit
terpecahkan bila hanya mengandalkan teknik diagnosis mikroskopis. Ditambah lagi
rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi (reagen) serta kurang terlatihnya tenaga
pemeriksa, menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria secara
mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold standard) pemeriksaan
laboratoris malaria.
- Rumusan Masalah
Faktor-faktor apakah panyebab terjadinya penyakit malaria?
- Tujuan
·
Untuk
mengetahui faktof-faktor penyebab terjadinya malaria
·
Untuk mengetahui jenis-jenis nyamuk penyebab malaria
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit malaria.
2. Bagi peneliti lain
Dapat
sebagai referensi untuk di lakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Malaria merupakan penyakit
infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit
menular ini sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis atau kawasan tropika
yang biasa namun apabila diabaikan dapat menjadi penyakit yang serius. Parasit
penyebab malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum merupakan malaria
tropika yang sering menyebabkan kematian. Ia adalah suatu protozoa yang
dipindahkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina terutama
pada waktu terbit dan terbenam matahari. Setidaknya 270 juta penduduk dunia
menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki
risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga
2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles.
Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar
seperti adanya Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan
penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga
lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah
hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector
sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai
penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria.
B.
Macam -
Macam Malaria
Ada 4 jenis penyebab malaria pada manusia antara lain :
1) Plasmodium
falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka kematian yang
tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh
lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozitnya menginfeksi sel darah
merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50%
malaria di seluruh dunia.
2) Plasmodium vivax . spesies ini cenderung
menginfeksi sel – sel darah merah yang muda. (retilkulosit) kira – kira 43%
dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan oleh plasmodium vivax.
3) Plasmodium malariae, mempunyai kecenderungan untuk
menginfeksi sel – sel darah merah yang tua.
4) Plasmodium ovale. Prediksinya terhadap sel – sel
darah merah mirip dengan plasmodium vivax (menginfeksi sel – sel darah muda)
(Sutisna, 2004)
Ada juga
seorang penderita di infeksi lebih dari satu spesies plasmodium secara
bersamaan. Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi
campuran paling banyak disebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium
falcifarum dan plasmosium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Jarang terjadi infeksi campuran disebabkan oleh plasmodium vivax dan
plasmodium malariae. Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies
sekaligus. Infeksi campuran banyak dijumpai di wilayah yang tingkat penularan
malarianya tinggi.
C.
Penyebab
Penyakit Malaria
Penyakit
malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit
penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan
perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan
berkembang biak dengan membelah diri. Berdasarkan survai unit kerja SPP
(serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk
anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat
menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species
nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria. Penyebab
penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo
coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia
dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:
·
Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika.
Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
·
Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini
sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
·
Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia
penyakit ini tidak banyak ditemukan.
·
Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak
terdapat di Indonesia.
Penyebab lain terjadinya
penyakit malaria, yaitu :
1. Parasit
Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria
memerlukan dua macam siklus kehidupan yaitu siklus dalam tubuh manusia dan
siklus dalam tubuh nyamuk.
a. Siklus aseksual dalam tubuh manusia
Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari :

Gambar 1 : siklus hidup parasit malaria
a. Siklus aseksual dalam tubuh manusia
Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari :

Gambar 1 : siklus hidup parasit malaria
Siklus di luar sel darah merah
Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat menyebabkan kumat / kambuh atau rekurensi (long term relapse). Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)
Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :
a) Fase sisogoni yang menimbulkan demam
b) Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.

Gambar 2 : eritrosit yang terinfeksi parasit malaria
Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat menyebabkan kumat / kambuh atau rekurensi (long term relapse). Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)
Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :
a) Fase sisogoni yang menimbulkan demam
b) Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.

Gambar 2 : eritrosit yang terinfeksi parasit malaria
b. Fase seksual dalam tubuh
nyamuk
Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai penularan akan terputus
Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai penularan akan terputus
2. Nyamuk
Anopheles

Gambar 3 : Nyamuk Anopheles

Gambar 3 : Nyamuk Anopheles
Penyakit malaria pada manusia
ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor betina. Di seluruh dunia terdapat
sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai
vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles, 22
spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat
masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti
penyebaran geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor
malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor
malaria yang hidup di air payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus),
di sawah (Anopheles aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan
Anopheles maculatus). Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan
subtropis, tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini
jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan
laut. Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat
dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya
nyamuk Anopheles betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak
senja hingga subuh. Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat
perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh
20 – 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang, kapal laut
atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang semula tidak
terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam bebas belum banyak
diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5 minggu. Nyamuk Anopheles
mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina diatas
permukaan air akan menetas menjadi larva, melakukan pergantian kulit (sebanyak
4 kali) kemudian tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang
dibutuhkan untuk perkembangan (sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2
– 5 minggu tergantung spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban
udara.
3. Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria
Secara alami penduduk di suatu
daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang tidak mudah terinfeksi
malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan ke
daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dulu, telah
diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah pemukiman
baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena
pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan
terinfeksi.
4. Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh
terhadap keberadaan penyakit malaria di suatu daerah. Adanya danau, air payau,
genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan
pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit
malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor malaria.
5. Iklim
Suhu dan curah hujan di suatu daerah
berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria
lebih tinggi pada musim kemarau dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim
hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang
terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk, populasi
nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan terjadinya transmisi
meningkat.
D.
Penularan
dan Penyebaran
Penularan penyakit malaria dari
orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk.
Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk,
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang
sehat yang digigit nyamuk tersebut. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria
yaitu:
·
Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di
daerah pantai.
·
Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria
daerah persawahan.
·
Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria
daerah perkebunan, kehutanan dan pegunungan.
Penularan yang lain adalah melalu transfusi darah.
Namun kemungkinannya sangat kecil.
Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Penularan secara alamiah (natural infection)
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.
2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)
a. Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental).
Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Penularan secara alamiah (natural infection)
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.
2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)
a. Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental).
b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui
transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularanmelalui jarum suntik yang
tidak steril lagi. Cara penularan ini pernahdilaporkan terjadi disalah satu
rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan
mendapatkan suntikan intra vena denganmenggunakan alat suntik yang dipergunakan
untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang
sekali pakai (disposeble).
c. Secara
oral (Melalui Mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi). Pada umumnya
sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria
baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagisimpanse di Afrika
yang dapat terinfeksi oleh Penyakit Malaria, belum diketahui ada hewan lain
yang dapat menjadi sumber bagi plasmodia yang biasanya menyerang manusia
Infeksi malaria pada waktu yang lalu sengaja dilakukan untuk mengobati
penderita neurosifilis yaitu penderita sifilis yang sudah mengalami kelainan
pada susunan sarafnya cara ini sekarang tidak pernah lagi dilakukan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya penularan alamiah seperti adanya gametosit
pada penderita, umur nyamuk kontak antara manusia dengan nyamuk dan lain-lain.
E.
Tanda-tanda
Terjadinya Penyakit Malaria
Tanda-tanda yang terjadi pada
penyakit malaria dimulai dengan dingin dan sering sakit kepala. Penderita
menggigil atau gemetar selama 15 menit sampai satu jam. Dingin diikuti demam
dengan suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya kemerahan dan mengigau.
Demam berakhir serelah beberapa jam. Penderita mulai berkeringat dan suhunya
menurun. Setelah serangan itu berakhir, penderita merasa lemah tetapi keadaannya
tidak mengkhawatirkan.
F.
Gejala
Klinis dan Masa Inkubasi Malaria
Keluhan
dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria.
Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan
jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai
timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara
terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode
prepaten.
1. Gejala klinis
1. Gejala klinis
1)
Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan
dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan
panas terjadi bersamaan dengan lepasnya merozoit – merozoit ke dalam peredaran
darah (proses sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan
demam pada malaria terdiri dari tiga :
a. Periode
dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan
bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
b. Periode
panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas
badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri
kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat. Mulai dari temporal,
diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering
tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan
pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi,
sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya
mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat
infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan
pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila
dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil.
Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita
tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut:
gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi,
mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan,
nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni
seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
2) Pembesaran Limpa
Pembesaran limpa merupakan gejala
khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa membengkak dan terasa nyeri.limpa
membengkak akibat penyumbatan oleh sel – sel darah merah yang mengandung
parasit malaria. Lama – lamakonsistensi limpa menjadi keras karena jaringan
ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik limpa berangsur
normal kembali.
3)
Anemia
Anemia terjadi disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan
oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel
darah merah di sumsum tulang.
2. Masa inkubasi
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
a. Masa inkubasi pada manusia (intrinsik)
Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
b. Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)
Setelah darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase, sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
a. Masa inkubasi pada manusia (intrinsik)
Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
b. Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)
Setelah darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase, sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.
G. Diagnosis
Penyakit malaria tidak sukar
diketahui. Selain dari demamnya kita menduga dan tempat penderita berasal. Jika
di daerah malaria seseorang mendadak demam, timbulnya demam mungkin berarti
terjangkit malaria. Lebih-lebih harus dicurigai jika demamnya khas malaria.
Jika demamnya meragukan dilakukan pemerikasaan darah. Darah diambil dengan
tusukan jarum diujung jari, lalu dioleskan pada sepotong kaca. Diberi warna
khusus, lalu diperiksa dibawah mikroskop. Jika ada sel darah merah mengandung
parasit, tandanya positif malaria.
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal, sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan ulang berikutnya parasitnya baru muncul.
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal, sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan ulang berikutnya parasitnya baru muncul.
H.
Obat-obat Antimalaria
Obat Alternatif
o
Amodiakin 3 x 200 mg hari pertama,
disusul 2 x 200 mg pada 2 hari berikutnya.
o
Sulfadoksin-pirimetamin (Fansidar)
dosis tunggal 2 – 3 tablet.
o
Kina (Quinine sulfat) 3 x 650 mg
oral selama 7 – 14 hari
o
Meflokoin 15 sampai 25 mg/kg BB,
dosis tunggal peroral atau terbagi dalam 2 dosis setiap 12 jam.
o
Halonfantrin dengan dosis 500 mg
tiap 6 jam, total 1500 mg.
o
Qinghaosu, kinghaosu, dan
Pironaridin.
Beberapa antimikroba dapat digunakan untuk malaria
yaitu:
o
Tetrasiklin 4 x 250 mg/hari, 7 – 10
hari
o
Doksisiklin 2 x 100 mg/hari, 7 hari
o
Klindasimin 3 x 300 mg/hari, 7 – 10
hari
o
Spiramisin 3 x 500 mg
o
Rifampisin 1 x (450 – 600) mg
o
Flouroquinolon
o
Sulfanamid
Jenis pengobatan malaria :
A.
Kemoprofilaksis
jarang dilakukan
jarang dilakukan
B.
Pada keadaan akut
a. Kina sulfas.
Kina HCl dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam infus dan diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
Kina HCl dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam infus dan diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
C.
Terapi supresif, agar tidak timbul serangan malaria. jenis obat yang digunakan
:
1.
Klorokin untuk :
a.
Pendatang sementara ke daerah endemis. Dosis klorokin: 300 mg/minggu, 1 minggu
sebelum berangkat, selama berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.
b. Penduduk di daerah endemis dan penduduk baru yang akanm
menetap tinggal, dianjurkan menelan klorokin 300 mg/minggu selama 6 tahun atau
amodiakin 600 mg/2 minggu.
c.
Semua penderita demam di daerah
endemis diberi klorokin dosis tunggal 600 mg. Bila di daerah itu plasmodium
falsiparum sudah resisten terhadap klorokin, ditambahkan primakin sebanyak 3
tablet.
2.
Mepakrin 100 mg/hari dimulai 2 minggu sebelum sampai hingga 4 minggu setelah
keluar dari daerah endemis tersebut.
3.
Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan
daerah tersebut.
4.
Proguanil 100 mg/hari atau 300 mg dosis tunggal/minggu sampai dengan 4 minggu
setelah kembali.
5.
Kina 1 tablet (250 mg)/hari sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan lokasi
D.
Terapi radikal, untuk menghilangkan seluruh parasit malaria dalam tubuh,
diberikan obat :
1. Klorokin, seperti terapi akut bersama dengan primakin 15 mg
selama 14 hari.
2. Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR) plus primakin.
E.
Terapi kasus-kasus khusus
1. Malaria serebral,
dirawat di ruangan perawatan intensif (ICU). Obat diberikan parentral adalah :
- Klorokin 200 mg IM, diulangi 6 jam kemudian. Dosis maksimal
800 mg/hari, hati-hati!
-
Kina hidroklorida dalam NaCl
fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam, diulangi 12 jam kemudian. Dosis
maksimal 1800 mg/24 jam. kalau sudah sadar diteruskan dengan pemberian peroral
3 x 650 mg – 7 hari sejak hari pertama pemberian.
-
Kinidin (isomer kina) 15 mg basa/kg
BB dalam larutan seperti pada kina. Dilanjutkan peroral setelah sadar.
-
Dekstran molekul rendah, 500 cc/24
jam
-
Bila ada hipoglikemi, diberikan 50
ml glukosa 40% IV, lalu diteruskan dengan dekstrose 10%.
-
Ada yang berhasil dengan
pentoksifilin 600 mg/hari plus kini dan klindasimin
-
Bila kejang-kejang diberikan :
fenobarbital 3,5 mg/kg BB: Diazepam 10 -20 mg/IV atau klorpromazin 50 – 100
mgIM
-
Pentoksifilin 600 mg/hari
-
Kinin + klindasimin
2.
Gagal ginjal akut
Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan elektrolit
Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan elektrolit
3.
Malaria biliosa
Tidak ada tindakan khusus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
Tidak ada tindakan khusus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
4.
Hipoglikemi
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%), segera berikan 40 – 50 ml dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10%/infus. Dapat juga diberikan obat yang menekan prodoksi insulin sepereti diazoxide, glukagon atau somastatin analogue
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%), segera berikan 40 – 50 ml dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10%/infus. Dapat juga diberikan obat yang menekan prodoksi insulin sepereti diazoxide, glukagon atau somastatin analogue
5.
Malaria Algid
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada
6.
Edema paru
Karena edema paru umumnya fatal, yeng terpenting adalah pencegahannya seperti : pemberian cairan harus hati-hati, transfusi darah pelan-pelan, pemberian diuretika
Karena edema paru umumnya fatal, yeng terpenting adalah pencegahannya seperti : pemberian cairan harus hati-hati, transfusi darah pelan-pelan, pemberian diuretika
7.
Anemi berat
Transfusi darah pelan-pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau hematokrit turun
Transfusi darah pelan-pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau hematokrit turun
8. Black water fever
Harus istirahat
Menghentikan muntah dengan sedatif
atau transkuiliser (klorpromasin, diazepam)
Bila hipotensi, secepatnya diberi
cairan plasma atau darah
Transfusi bila Hb gr% atau RBC
juta/mm3.
Bila ureum 200 mg%, perlu
hemodialisis
Bila parasitemi tinggi diberikan
klorokin atau amodiakin. Bial resisten diberikan sulfadoksin + pirimetamin.
9. Malaria pada
ibu hamil
a. Klorokin
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg –>300 mg: 300 mg: 300 mg)
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg –>300 mg: 300 mg: 300 mg)
b.
Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR) 1 x 3 tablet
I. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Malaria
1. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang tahun
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan kematangan jiwanya. Anak - anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan kematangan jiwanya. Anak - anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria.
2. Jenis Kelamin
Karakter biologis atau kualitas yang membedakan laki-laki
dan wanita satu sama lain, seperti ditampilkan dalam analisis gonad, morfologis
(Internal dan eksternal) kromosom dan karakteristik hormone individu. Infeksi
malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila mengenfeksi ibu yang
sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan
adalah upaya untuk mendewasakan seseorang. Dengan demikian setiap usaha
pendidikan itu bertujuan, walaupun kadang tujuannya tidak disadari dan
dirumuskan secara eksplisit. Pendidikan berarti hubungan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita
tertentu.Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Faktor pendidikan seseorang sangat
menentukan kecemasan, kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi,
menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada seseorang dengan
pendidikan rendah.
4. Status sosial ekonomi
“Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich, 1996; Nursalam &
Pariani, 2001: 133). Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau
pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi.
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/ ABRI) dan tidak
bekerja. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
endemis malaria erat hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).
5. Cara hidup
Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merekfesikan status sosialnya. Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999: 19)
5. Cara hidup
Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merekfesikan status sosialnya. Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999: 19)
6. Riwayat
Malaria Sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi penyakit malaria
sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap
infeksi malaria
(Depkes, 1999: 19).
J.
Kasus
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,
2001) di Indonesia terjadi 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap
tahunnya. Pada tahun 2005 angka kejadian kasus Malaria menunjukkan
kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,51
perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar 23,8 perseribu
penduduk. Proporsi kematian karena malaria berdasarkan hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten endemis di
Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada, dan diperkirakan
42,4 % penduduk beresiko tertular (Sampri, 2007).
Kecamatan Sampaga yang merupakan tempat puskesmas Tarailu
berada terdapat 224 kasus pada tahun 2004 mengalami peningkatan kasus sebesar
560 kasus pada tahun 2005 dan terus meningkat sampai akhir tahun 2006 yaitu
sebesar 741 kasus (Data DinKes, BPS Kab. Mamuju, 2006). Pada tahun 2007 data
kasus malaria yang dilaporkan yaitu sebesar 800 kasus
Penelitian
ini ditujukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keberhasilan
pengobatan malaria serta gambaran faktor yang menunjang keberhasilan pengobatan
malaria di Puskesmas Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten
Mamuju
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit
infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Terdapat
beberapa parasit yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium
falciparum, vivax, malaria dan ovale. Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai
hospes definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis penyakit ini terdiri
dari 3 tahap, yaitu periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.
Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung nyamuk anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra mekanik.
Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung nyamuk anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra mekanik.
B.
Saran
Jagalah kebersihan lingkungan agar dapat terhindar dari penyakit
malaria.
DAFTAR PUSTAKA
Dep Kes. RI, 1999. Modul Epidemiologi.
Jakarta: Dirjen Depkes.
Dep Kes. RI, 2006. Pusat Pengendalaian Operasional Dukungan Kesehatan. Jakarta : Dirjen DepKes.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2006. Info Penyakit: www. DepKes, diakses 19 Agustus 2006
Mukono, 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Pres.
Mursito, Bambang. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nadesul, Handrawan. 1996. Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan Malaria. Jakarta: FKUI.
Dep Kes. RI, 2006. Pusat Pengendalaian Operasional Dukungan Kesehatan. Jakarta : Dirjen DepKes.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2006. Info Penyakit: www. DepKes, diakses 19 Agustus 2006
Mukono, 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Pres.
Mursito, Bambang. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nadesul, Handrawan. 1996. Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan Malaria. Jakarta: FKUI.
Komentar
Posting Komentar